Tuesday, September 28, 2010

Solo Travel: Prague

Rencananya mah bukan solo travel. Rencananya Dedes - yang lagi hamil 8 bulan tapi masih getol jalan - dan suaminya yang pecinta abis Praha mau mengantar saya melihat-lihat Praha. Makanya saya pede berangkat dari Jakarta tanpa bekal sedikit pun tentang Praha. Boro-boro lokasi wisatanya, Republik Ceko masih memberlakukan mata uang koruna, bukan Euro walaupun sejak 2007 Praha sudah masuk area Schengen, saya enggak ingat. 
Rencana tinggal rencana. Dedes masuk RS karena kehamilannya riskan. Wolfgang enggak mungkin, kan mengantar saya. Ya, saya harus naik bus sendirian ke Praha. Alhasil saya panic at the disco. Baru 2 malam eksis di Munich, pada 6 Juni saya harus bertolak ke Praha. Apa boleh buat, 6-7 Juni sudah saya anggarkan untuk perjalanan ke Praha. Saya HARUS ke Praha, sendirian pun jadilah. Saya tak mau kegagalan pada 2006 berulang - waktu itu saya seharusnya ke Praha, tapi karena Ceko belum termasuk negara Schengen dan urusan visa ribet, saya pun beralih ke Swiss.
Untunglah ada Wolfgang si dewa penyelamat. Dia membekali saya bukan hanya peta Praha. Dia mencarikan jadwal bus yang enak, hotel, sampai memberi saya 6 tiket metro Praha dan uang 200 koruna! Yap, dia segitu cintanya pada Praha sampai-sampai punya simpanan tiket dan mata uang Ceko, hehehe. Dedes pun bilang: "Agak aneh sih, Ka, karena kami tahun ini belum sekali pun ke Ceko. Biasanya setahun 4 kali."
Setiba di Hotel Florenc - setelah 2 jam kesasar pulak - saya masih panik: mau ngapain gue di Praha? Saya merenungi peta 1 jam sebelum memutuskan berkeliling Praha. Saya hanya punya waktu kurang dari 24 jam, jadi saya harus bergerak. Pada akhirnya... semua kepanikan itu terbayar lunas. Solo travel di Praha sungguh membawa berkah. Saya melihat salah satu pemandangan yang bagi saya sulit dilukiskan dengan kata-kata, Charles Bridge yang anggun disorot matahari sore - saya nyaris bersujud di jembatan itu - dan merenungi keindahannya selama saya suka, saya bebas berjalan sampai gempor dan sampai jam 11 malam - hanya karena metro cuma beroperasi sampai jam 1. Kalau tidak, pastinya saya bisa jalan lebih lama :). 
Saya tetap lebih cinta Paris daripada Praha. Namun ada sesuatu tentang Praha yang selalu membayangi saya. Mungkin Charles Bridge, mungkin karena akhirnya kesampaian juga setelah tahun 2006 gagal? Atau mungkin solo travel yang menakjubkan. Yes I'm proud of it, karena ini saya lakukan tanpa persiapan, di negeri yang tidak saya kenal bahasanya pula.

No comments: