Kalau saja enggak ada Vicki, entah bagaimana nasib saya di Barcelona.
Di lingkungan saya di Jakarta, saya memang terbilang nekat. Bisa-bisanya keliling Eropa sendiri. Ya bisalah kalau niat dan minat! Soal berani atau tidak, sudah enggak kepikir lagi sama saya. Pokoknya saya mau jalan-jalan di Eropa sendiri, titik. Masalahnya saya enggak terbiasa dengan pola hidup masyarakat Eropa. Makanya, kalau bukan karena jasa Vicki, saya mungkin enggak akan sampai tuh jalan-jalan di Camp Nou dan Parc Güell. Habis saya enggak terbiasa baca peta metro. Eh, mestinya saya lebih hebat, ya, karena sudah menaklukkan angkutan umum di Jakarta yang boro-boro ada petanya, hehehe.
Bersama Vicki, salah satu tujuan wisata kami adalah Parc Güell, taman yang tersusun atas bangunan-bangunan unik kreasi Antonio Gaudi. Nah, dari Camp Nou, atas saran Vicki, kami turun di perhentian metro Lesseps. Kalau mencermati peta metro nih, Lesseps itu sepertinya jaraknya tak jauh dari Parc Güell. Saya setuju. Makin senang kami ketika begitu keluar dari Lesseps membaca petunjuk jalan yang mewartakan, jarak ke Parc Güell hanya 450 meter. "Wah, sepertinya lebih dekat ketimbang jarak dalam peta!" kata saya girang. "Iya, kadang-kadang peta itu menipu," timpal Vicki sepakat.
Apa betul Parc Güell sedekat itu dari Lesseps? Mestinya begitu. Kalau saja kami tidak dihadang kurang lebih 100 anak tangga yang menjulang tinggi! Damn. Begitu berdiri di kaki tangga a.k.a jalan masuk menuju Parc Güell, saya nyaris menjerit histeris. Ya ampun, apa kurang tuh naik-naik ke puncak Sacré Coeur di Paris dan Provins? "Ya ampun, ini yang dimaksud dosen saya!" Maksud saya, Bu Apsanti, yang dulu mengajar saya di Sastra Prancis UI. Dia pernah cerita, disarankan naik bus ke sebuah objek wisata di Spanyol, alih-alih metro. Tapi ia ngeyel dan memutuskan naik metro saja, karena menurutnya lebih simpel. Tentu, ia salah pilih kendaraan, karena seturun dari metro mesti mendaki jalan naik yang menjulang tinggi, yang tidak bakal dialaminya kalau saja menurut naik bus. Dan kalau saja kami naik bus, perhentian kami adalah gerbang utama Parc Güell yang jalan masuknya tidak berupa anak-anak tangga itu. Eh, tapi saya lupa, Bu Apsanti itu terkecoh di Parc Güell atau di Alhambra yang di Granada, ya? Wah, mesti saya cek dulu nih di Granada, apa betul jalan masuknya juga curam. Doain ya mudah-mudahan sebelum akhir tahun ini saya sampai ke Granada : )!
Maka, sambil misuh-misuh saya terpaksa mendaki anak-anak tangga Parc Güell. Untungnya menjelang puncak tersedia fasilitas eskalator. Duh, pemerintah Barcelona ternyata ngertiin kesusahan turis pemalas kayak saya, ya, yang enggak biasa olahraga di Jakarta. Tapi enggak nyesel pakai acara gempor dan ngomel-ngomel dalam rangka menuju Parc Güell. Soalnya Parc Güell-nya cantik sekali! Enggak heran Meteor Garden 2 menjadikannya sebagai salah satu lokasi syuting - kata teman-teman saya lho, saya sih enggak banget nonton tuh serial!
Di lingkungan saya di Jakarta, saya memang terbilang nekat. Bisa-bisanya keliling Eropa sendiri. Ya bisalah kalau niat dan minat! Soal berani atau tidak, sudah enggak kepikir lagi sama saya. Pokoknya saya mau jalan-jalan di Eropa sendiri, titik. Masalahnya saya enggak terbiasa dengan pola hidup masyarakat Eropa. Makanya, kalau bukan karena jasa Vicki, saya mungkin enggak akan sampai tuh jalan-jalan di Camp Nou dan Parc Güell. Habis saya enggak terbiasa baca peta metro. Eh, mestinya saya lebih hebat, ya, karena sudah menaklukkan angkutan umum di Jakarta yang boro-boro ada petanya, hehehe.
Bersama Vicki, salah satu tujuan wisata kami adalah Parc Güell, taman yang tersusun atas bangunan-bangunan unik kreasi Antonio Gaudi. Nah, dari Camp Nou, atas saran Vicki, kami turun di perhentian metro Lesseps. Kalau mencermati peta metro nih, Lesseps itu sepertinya jaraknya tak jauh dari Parc Güell. Saya setuju. Makin senang kami ketika begitu keluar dari Lesseps membaca petunjuk jalan yang mewartakan, jarak ke Parc Güell hanya 450 meter. "Wah, sepertinya lebih dekat ketimbang jarak dalam peta!" kata saya girang. "Iya, kadang-kadang peta itu menipu," timpal Vicki sepakat.
Apa betul Parc Güell sedekat itu dari Lesseps? Mestinya begitu. Kalau saja kami tidak dihadang kurang lebih 100 anak tangga yang menjulang tinggi! Damn. Begitu berdiri di kaki tangga a.k.a jalan masuk menuju Parc Güell, saya nyaris menjerit histeris. Ya ampun, apa kurang tuh naik-naik ke puncak Sacré Coeur di Paris dan Provins? "Ya ampun, ini yang dimaksud dosen saya!" Maksud saya, Bu Apsanti, yang dulu mengajar saya di Sastra Prancis UI. Dia pernah cerita, disarankan naik bus ke sebuah objek wisata di Spanyol, alih-alih metro. Tapi ia ngeyel dan memutuskan naik metro saja, karena menurutnya lebih simpel. Tentu, ia salah pilih kendaraan, karena seturun dari metro mesti mendaki jalan naik yang menjulang tinggi, yang tidak bakal dialaminya kalau saja menurut naik bus. Dan kalau saja kami naik bus, perhentian kami adalah gerbang utama Parc Güell yang jalan masuknya tidak berupa anak-anak tangga itu. Eh, tapi saya lupa, Bu Apsanti itu terkecoh di Parc Güell atau di Alhambra yang di Granada, ya? Wah, mesti saya cek dulu nih di Granada, apa betul jalan masuknya juga curam. Doain ya mudah-mudahan sebelum akhir tahun ini saya sampai ke Granada : )!
Maka, sambil misuh-misuh saya terpaksa mendaki anak-anak tangga Parc Güell. Untungnya menjelang puncak tersedia fasilitas eskalator. Duh, pemerintah Barcelona ternyata ngertiin kesusahan turis pemalas kayak saya, ya, yang enggak biasa olahraga di Jakarta. Tapi enggak nyesel pakai acara gempor dan ngomel-ngomel dalam rangka menuju Parc Güell. Soalnya Parc Güell-nya cantik sekali! Enggak heran Meteor Garden 2 menjadikannya sebagai salah satu lokasi syuting - kata teman-teman saya lho, saya sih enggak banget nonton tuh serial!
No comments:
Post a Comment