Dalam kunjungan pertama saya di Eropa, kebiasaan mandi saya payah banget. Kalau enggak kelamaan, enggak mandi berhari-hari. Beneran. Kelamaan lantaran terlalu menikmati hangatnya shower - sementara udara di luar dingin. Enggak mandi, sama alasannya. Hahaha, kalau Sandy tahu saya sempat enggak mandi, berhari-hari, dia bisa ngerap. "Mendingan bau minyak kayu putih daripada nggak mandi," cerocosnya pada saya, yang kena flu sepulang dari Munich 2 tahun lewat. Kalau di apartemen Sandy, jangan khawatir, saya enggak pernah absen mandi. Bukan karena takut sama Sandy, hehehe, tapi karena shower-nya gampang dikontrol.
Saya mulai jarang mandi sejak di Milan. Tiba di Milan jam 7 pagi, dan harus bertolak ke Roma hari yang sama jam 4 sore, kapan punya waktu buat mandi? Lebih baik jalan-jalan ,kan? Untungnya cuaca di Eropa bersahabat buat orang yang malas mandi. Tinggal semprot wewangian, yuk mari jalan. Setiba di Roma, pun saya enggak langsung mandi. Air baru menyentuh badan saya besok paginya. "Gue sih mandi dua hari sekali," kata Widya, teman yang saya menampung saya di Roma.
Iya, di Roma saya ikut Widya saja, deh. Habis suhu Roma pagi-pagi masih dingiiiiinnnn.... Biasanya kami mandi malam, biar enggak terburu-buru keluar besok paginya. Soalnya, berhubung Widya cuma pegang satu kunci flat, saya mesti keluar jalan-jalan bersamaan dengan dia berangkat ke kantor, yang makan waktu hampir 1 jam perjalanan. Kami meluncur jam 8 pagi, dan balik setelah jam 6 sore. Selain karena alasan itu, saya malas memanaskan air, yang mengucur lewat shower. Menunggu air hangat makan waktu setengah jam. Kalau 15 menit, masih dingin. Pernah saya enggak sabar, baru 15 menit sudah menyalakan shower. Hasilnya, brrrrrrr...
Tiga hari di Barcelona, saya malah enggak mandi sama sekali! Shower di hostel sulit dikendalikan soalnya. Sudah susah ditekan, enggak kenal suhu hangat. Kalau panas, panaaas sekali... Sementara saya enggak tahan terlalu panas maupun terlalu dingin. Alhasil selama menginap di Habana Home, ya gitu deh, enggak ada acara mandi. Yang penting gosok gigi dan pakai wewangian di sana-sini. Ssstt... jangan cerita kepada siapa-siapa, ya?
Saya mulai jarang mandi sejak di Milan. Tiba di Milan jam 7 pagi, dan harus bertolak ke Roma hari yang sama jam 4 sore, kapan punya waktu buat mandi? Lebih baik jalan-jalan ,kan? Untungnya cuaca di Eropa bersahabat buat orang yang malas mandi. Tinggal semprot wewangian, yuk mari jalan. Setiba di Roma, pun saya enggak langsung mandi. Air baru menyentuh badan saya besok paginya. "Gue sih mandi dua hari sekali," kata Widya, teman yang saya menampung saya di Roma.
Iya, di Roma saya ikut Widya saja, deh. Habis suhu Roma pagi-pagi masih dingiiiiinnnn.... Biasanya kami mandi malam, biar enggak terburu-buru keluar besok paginya. Soalnya, berhubung Widya cuma pegang satu kunci flat, saya mesti keluar jalan-jalan bersamaan dengan dia berangkat ke kantor, yang makan waktu hampir 1 jam perjalanan. Kami meluncur jam 8 pagi, dan balik setelah jam 6 sore. Selain karena alasan itu, saya malas memanaskan air, yang mengucur lewat shower. Menunggu air hangat makan waktu setengah jam. Kalau 15 menit, masih dingin. Pernah saya enggak sabar, baru 15 menit sudah menyalakan shower. Hasilnya, brrrrrrr...
Tiga hari di Barcelona, saya malah enggak mandi sama sekali! Shower di hostel sulit dikendalikan soalnya. Sudah susah ditekan, enggak kenal suhu hangat. Kalau panas, panaaas sekali... Sementara saya enggak tahan terlalu panas maupun terlalu dingin. Alhasil selama menginap di Habana Home, ya gitu deh, enggak ada acara mandi. Yang penting gosok gigi dan pakai wewangian di sana-sini. Ssstt... jangan cerita kepada siapa-siapa, ya?
No comments:
Post a Comment