Wednesday, October 6, 2010

Antara Lucia, Anak-anaknya, dan Musik

Lucia, host saya di Borgomanero, Italia utara, punya banyak kisah menarik, karena dia banyak bicara. Oh, saya tidak terganggu dengan ocehannya. Justru saya senang mendengarnya mengocehkan ini-itu dalam bahasa Italia.
Kisah tentang Elizabeth dan keluarga Napolinya di Borgomanero menarik. Menarik pula awal persahabatannya dengan Elizabeth. “Waktu baru datang ke Italia, Elizabeth butuh orang yang mau mengajarinya bahasa Italia gratis dan saya juga butuh orang yang mau membantu saya mengajari bahasa Inggris tanpa dibayar,” begitu kisahnya. Dari situlah persahabatan terjalin, sampai kini mereka berdua berusia 50-an.
Kisah keluarga Lucia sendiri tak kalah menarik. Lucia yang cerai dari suaminya ini membesarkan 2 anak yang memiliki kiprah masing-masing di dunia musik. Padahal Lucia tidak pernah menyeriusi musik. Putra bungsunya yang masih tinggal dengannya, Roberto – di Italia hubungan keluarga sangat erat, sehingga masih banyak lajang di usia 20-30-an, termasuk teman saya di Milan, Valerio, tinggal bersama orangtua – bergabung dalam band yang menyanyikan lagu-lagu penyanyi terkenal Italia, Gianna Nannini. Putri sulungnya, Mara, malah pernah memenangi kompetisi menyanyi lokal pada era kaset. Dua lagunya, salah satu yang saya ingat karena melodinya gampang dicerna, “Non Te La Do”, dikasetkan oleh perusahaan rekaman lokal. sebagai hadiah kemenangan Dan sebatas itu saja kiprah Mara.
Vokal Mara menurut saya lebih daripada lumayan. Bahkan lebih baik dibandingkan beberapa kontestan X Factor Italia. “Tapi Mara tidak mau meneruskan ke jenjang selanjutnya. Dia tidak tertarik menjadi penyanyi besar. Besar yang harus dikorbankan untuk menjadi besar,” katanya, mengenai putrinya yang kini tinggal bersama pacarnya di kota lain.
Maka, “Non Te La Do” hanya tersisa dalam bentuk kaset. Seandainya saja ada versi CD atau MP3-nya, pastilah lagu bernada ceria itu akan jadi kenang-kenangan manis dari Borgomanero, kota kecil di Italia utara yang kotanya berbentuk perempatan jalan dan luasnya, dengan bukit-bukitnya, hanya 30 km persegi. Apalagi satu-satunya toko CD di Borgomanero segera tutup, karena kurang laku dan pemiliknya, yang juga teman Lucia – semuanya sepertinya saling mengenal di kota kecil itu – akan mengalihkan usahanya ke bidang fashion. Makin sepilah Borgomanero dari musik, kecuali mungkin kalau Roby – panggilan Roberto – manggung dengan bandnya.

No comments: