Tahun 2000 kali pertama saya merasakan musim gugur. Really? Eh cuma imbasnya musim gugur ding, di Mexico City. (Imbasnya saja kena suhu 7 derajat Celsius, bagaimana yang betulan?) Namanya baru kenal musim gugur, jadinya rada norak. Kalau lagi di dalam KBRI - tempat saya dan 4 teman menginap selama tugas wawancara artis Televisa - sih enak, ada pemanas. Tapi kacaunya, dapur KBRI terpisah dari gedung utama KBRI. Nah, kalau mau makan malam, kami mesti ke dapur, dong. Jaraknya sih enggak jauh, ya paling 20 meteran. Tapi angin dingin yang menusuk membuat kami mesti pakai ancang-ancang menuju ke dapur. Sesaat sebelum membuka pintu gedung KBRI, kami biasanya bersiaga, "satu, dua, tiga," disambung berteriak, "lariiiiiiiiiiiiiiiii!" begitu pintu terbuka.
Walau letaknya masih di negara sama, Mexico City dan Acapulco suhunya beda. Acapulco kurang lebih kayak di Indonesia, kenalnya musim hujan dan kemarau. Karena itu waktu ke Acapulco kami keenakan. Pakai kaus lengan pendek, celana pendek, yuuuuukkkk. Alhasil kami lupa ganti kostum waktu balik ke KBRI di Mexico City. Mas Robi baru sadar waktu ditugaskan membuka pagar KBRI - karena duduknya paling dekat pintu - agar mobil kami bisa masuk. "Anjriiiiiittt... saltum bo!" serunya menyumpah-nyumpah.
Dan sebagai satu-satunya perempuan dalam rombongan, KBRI membuatkan saya semacam rumah-rumahan dari kayu di luar lantai 4 yang cukup luas, supaya saya tidak perlu tidur berdesakkan dengan cowok-cowok enggak jelas itu. Dilengkapi tempat tidur dan TV, mestinya enak dan leluasa banget dong saya di rumah-rumahan itu. Tapi ya ampun, cuma semalam saya tahan. Enggak nyangka, bermalam di rumah kayu dingiiiiiinnn banget. Besoknya saya langsung mengungsi ke sofa depan ruang kerja Pak siapa itu di lantai 4 - walau jadinya mesti bangun pagi-pagi biar yang punya ruang enggak syok, begitu sampai di kantor disuguhkan pemandangan saya masih beler, hehehe. Tapi lumayanlah rumah-rumahan itu masih saya manfaatkan sebagai tempat ganti baju - parahnya kamar mandi kami letaknya juga di gedung berbeda - dan TV-nya bisa buat menonton video klip MTV Latin.
Walau letaknya masih di negara sama, Mexico City dan Acapulco suhunya beda. Acapulco kurang lebih kayak di Indonesia, kenalnya musim hujan dan kemarau. Karena itu waktu ke Acapulco kami keenakan. Pakai kaus lengan pendek, celana pendek, yuuuuukkkk. Alhasil kami lupa ganti kostum waktu balik ke KBRI di Mexico City. Mas Robi baru sadar waktu ditugaskan membuka pagar KBRI - karena duduknya paling dekat pintu - agar mobil kami bisa masuk. "Anjriiiiiittt... saltum bo!" serunya menyumpah-nyumpah.
Dan sebagai satu-satunya perempuan dalam rombongan, KBRI membuatkan saya semacam rumah-rumahan dari kayu di luar lantai 4 yang cukup luas, supaya saya tidak perlu tidur berdesakkan dengan cowok-cowok enggak jelas itu. Dilengkapi tempat tidur dan TV, mestinya enak dan leluasa banget dong saya di rumah-rumahan itu. Tapi ya ampun, cuma semalam saya tahan. Enggak nyangka, bermalam di rumah kayu dingiiiiiinnn banget. Besoknya saya langsung mengungsi ke sofa depan ruang kerja Pak siapa itu di lantai 4 - walau jadinya mesti bangun pagi-pagi biar yang punya ruang enggak syok, begitu sampai di kantor disuguhkan pemandangan saya masih beler, hehehe. Tapi lumayanlah rumah-rumahan itu masih saya manfaatkan sebagai tempat ganti baju - parahnya kamar mandi kami letaknya juga di gedung berbeda - dan TV-nya bisa buat menonton video klip MTV Latin.
No comments:
Post a Comment